Sabtu, 11 Oktober 2014

Senja di Banyuasih Bersama Mimpi

        Malam ini aku tidur cepat, karena besok kami akan kedatangan teman -eman pak ari dari Jakarta. Besok kami kedatangan kakak -kakak hebat, dan itu membuatku tidak sabar untuk segera menyapa subuh di Banyuasih ini.




        Namaku Edwin, siswa SD Banyuasih 3. Rumahku tak jauh dari tempatku sekolah. Aku hidup di Banyuasih bersama kedua orang tua. Kebanyakan orang tua disini berprofesi sebagai buruh tani atau sawah kalau musim hujan. Kalau musim kemarau mereka menanam sawah di hutan yang terletak di atas gunung.
Setelah menunaikan solat subuh aku langsung mandi dan bersiap ke sekolah. Setelah berpamitan ke orang tua aku pun berangkat. Akhirnya aku sampai dibangunan yang kami sebut sekolah. Tiga ruang kelas untuk kelas 1 -6. ada yang disekat dan ada yang tidak sesuai dengan keinginan guru. Ruang kepala sekolah menjadi ruang serbaguna. Seperti ruang rapat, gudang , ruang guru, bahkan untuk ruang makan dan tidur. Itulah bangunan yang kami sebut sekolah.
Sekolah banyuasih kami memiliki 3 guru pns, 3 guru tks ( tenaga kerja sementara), kepala sekolah, 1 tenaga TU dan pak ari ( tenaga bantuan dari dompet Duafa ). Satu guru untuk satu kelas, mengajar semua mata pelajaran. Mereka sangat luar biasa mengurus kelas kami sendirian. Beruntung Dompet Duafa membantu mereka dengan mengirim pak ari. Pak ari mengajar apa saja, mengurus apa saja yang dia bisa. Pak ari bahkan tak hanya menjadi guru kami, tapi juga menjadi teman kami. Main bareng disaung, berenang didanau bareng, main di lapangan golf bareng. Pak ari adalah guru idola kami.



Lantas kamipun memulai upacara pagi untuk penyambutan kakak - kakak yang datang. Pak ari mempersiapkan barisan kami, dari kelas 3, 4, 5, 6. Tetapi hanya kelas 4, 5, dan 6 yang akan bermain bersama kakak -kakak yang datang. Sedangkan kelas 3 akan pulang setelah diberikan buku bacaan. Setelah barisan siap upacara pun dimulai. Pertama dibuka oleh pak ari, setelah itu di
lanjutkan sambutan dari pak angger.
Setelah pak angger selesai sambutan, kini kepala sekolah yang memberikan sambutan serta ucapan selamat datang buat kakak - kakak relawan. Tetapi kepala sekolah minta maaf karena hanya bisa menemani kakak -kakak relawan sampai jam 12 siang saja. Setelah kepala sekolah memberikan sambutan, Pak ari  memanggil satu per satu kakak - kakak relawan.
Ada pak Sirli, bu Intan, bu Citra, bu Agit, bu Enung, pak Aan, pak Faruq, pak Angger, bu Ayu, bu Dewi, pak Harris, dan pak Adi. Ada beberapa bapak yang memakai perkenalan unik. Ada yang memakai permainan "bos sirli berkata", ada yang memakai bahasa sunda, ada yang sambil menjelaskan hal yang tak ku mengerti ( bagaimana aku bisa mengerti kalau hanya dengan mengetik dikomputer bisa dapet duit), ada yang sambil mengajarkan kami cara memakai kamera.


Setelah perkenalan kami senam otak. Menyenangkan walau rumit, tapi menyenangkan karena kakak - kakaknya ramah.setelah senam otak yang cukup membuat pusing, kami foto -foto dengan kakak -kakak relawan. Bahkan ada yang foto dengan memakai hp yang ditempelkan ke tongkat.
Kami pun masuk kelas. Lalu kami membuat prakarya dengan kakak -kakak relawan. Ada yang membuat kebun bianatang, peta indonesia, laut indonesia, dan lainnya. Aku tidak pernah melihat kebun binatang, karena disini tidak ada. Yang ada hanya laut dan pabrik. Peta indonesia itu indah, tetapi aku ragu bisa ke daerah lain sementara ayah dan ibuku pasti akan memintaku bekerja bersama mereka setelah lulus SD.


Setelah foto -foto dengan karya kami, kami pun makan bersama kakak -kakak relawan didepan kelas. Nikmat sekali, makan sambil tertawa dan ngobrol dengan kakak - kakak relawan. Setelah makan kami pulang sebentar ke rumah untuk mengambil perlengkapan menginap.
Ba'da Ashar aku dan teman - teman bermain sepak bola bersama pak Sirli, pak Faruq, pak Angger, dan pak Aan. Menyenangkan sekali bisa bermain ditengah terik matahari. Selepas bermain sepak bola, kami diajak ke pantai untuk main disana. Meskipun pantai kami tak bagus, tapi disinilah tempat bermain kami sehari - hari, mencari kepiting, atau ikan kecil.
Selesai main kami pun sholat magrib dan makan. Sementara kakak - kakak relawan bakar ikan. Setelah bakar ikan kakak -kakak relawan mengajak kami untuk menerbangkan lampion. Pertama kalinya aku melihat dan menerbangkan lampion secara langsung. Terima kasih kakak -kakak relawan. Pengalaman yang luar biasa. Walau pada akhirnya tidak semua lampion berhasil diterbangkan tapi kami merasa sangat beruntung bisa menerbangkan lampion bersama kalian.


Kami tunggu kakak -kakak relawan untuk bertemu lagi. Mulai saat ini kami akan berani bermimpi dan berusaha mewujudkan mimpi kami.





 Salam hangat
Edwin, kelas 5.


pengunjung yang baik adalah yang koment.. >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© life is a choice | Powered by Blogger | Design by Enny Law - Supported by IDcopy